APA SIH FILSAFAT ITU

Plato

Ketika mendengar kata filsafat, mungkin sebagian orang akan mengerutkan dahi seraya mengatakan, "Apaan, tuh? Saya sepertinya tidak pernah mendengar kata itu sebelumnya" atau "Saya pernah mendengar nya, namun saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan filsafat".

Mungkin ada juga yang akan mengatakan, "Rasanya filsafat itu adalah ilmu yang mempelajari hal hal yang aneh dan tidak masuk akal yang biasanya hanya dipikirkan oleh orang-orang aneh yang senang menyendiri." Atau mungkin ada yang lebih ektrem lagi mengatakan, "Filsafat itu adalah sesuatu yang harus

dihindari oleh orang-orang yang beriman, karena dapat membuat orang menjadi tidak percaya kepada Tuhan."

Apakah Berfilsafat itu?

Barangkali reaksi-reaksi seperti itu merupakan reaksi yang wajar dari orang-orang yang belum mengenal filsafat. Filsafat memang berbeda dengan ilmu pengetahuan seperti biologi, fisika, dan matematika yang sudah kita kenal dan pelajari sejak berada di bangku sekolah dasar. Filsafat sebagai sebuah pengetahuan jarang diajarkan secara formal khususnya pada pendidikan dasar dan biasanya baru diajarkan pada pendidikan lanjutan, itu pun pada jurusan tertentu sehingga tidak banyak orang yang pernah berkenalan dan belajar tentang Filsafat.

Juga tidak dapat dipungkiri bahwa filsafat cenderung digandrungi segelintir orang yang kadang memiliki tingkah laku aneh, semisal Descartes yang senang mengurung diri di kamarnya untuk memperoleh inspirasi, atau Immanuel Kant yang menjalani hidup secara sangat ketat dan teratur sehingga orang harus dapat mencocokkan jamnya dengan melihat aktivitas nya tiap hari. Dan tidak dipungkiri banyak filosof yang ateis seperti Sartre, Camus, Nietzsche, dan seterusnya.

Namun, pernahkah kita menyadari bahwa filsafat sesungguhnya juga bagian dari kehidupan kita sehari hari, di mana kita sering tanpa disadari berpikir layaknya seorang filosof? 
Bagaimana mungkin?

Pernahkah Anda mempertanyakan sesuatu di sekeliling Anda yang pada akhirnya membawa pada pertanyaan sebagai berikut:

Mengapa manusia diciptakan? Apakah yang dimaksud dengan kebaikan dan keadilan?

Dan ketika Anda berusaha menjawab pertanyaan tersebut tanpa mendasarkannya kepada keyakinan dogmatis, itu berarti Anda telah berfilsafat. Karena filsafat merupakan usaha menjawab pertanyaan yang bersifat menyeluruh tentang manusia, alam, dan Tuhan untuk sampai kepada hal yang sangat mendasar. Filsafat juga turut membantu kita di dalam memaknai segala sesuatu yang ada di sekeliling kita termasuk keberadaan kita sendiri secara utuh dan fundamental.

Filsafat sering kali dikritik sebagai bentuk pemikiran yang bersifat spekulatif, tanpa dasar secara empiris. Misalnya saja konsep roh pada Hegel atau monad pada Leibniz yang sepenuhnya bersifat abstrak dan tidak dapat diverifikasi dengan indra keberadaannya. Namun, itu pulalah yang menjadikan filsafat menjadi filsafat, memberikan pengetahuan bagi manusia terhadap hal-hal yang melebihi daya persepsinya. Berfilsafat berarti berupaya mendapatkan jawaban yang menjelaskan fenomena yang muncul dalam kesadaran manusia. Jika didasarkan kepada data empiris, hal itu akan disebut sebagai Ilmu Pengetahuan dan bukan filsafat.

Menurut Descartes, filsafat diibaratkan sebuah pohon, yang akarnya adalah metafisis (mempertanya kan dasar dari segala benda (ada) yang ada dunia). batangnya adalah fisika, dan cabangnya adalah seluruh jenis ilmu pengetahuan lainnya. Dalam hal ini, ia hendak mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan sesungguhnya merupakan turunan (derivation) dari filsafat, yakni gabungan antara filsafat natural dan filsafat empiris yang meyakini bahwa hanya alamlah sebagai satu-satunya realitas dan kebenaran yang dapat diperoleh melalui pengalaman empiris

Kedua filsafat ini menjadi landasan konstruksi bagi Ilmu Pengetahuan, yang diterima secara dogmatis sebagai sesuatu yang mutlak pada masa sekarang. Namun, dalam filsafat itu sendiri, persoalan apakah kebenaran itu hanya bersumber dari kebenaran empiris dan apakah alam sebagai satu-satunya yang ada masih bersifat problematis. Buat filsafat, itu diragukan. Setidaknya dalam filsafat masih dipertanya kan apakah segala sesuatu yang dilihat dan dirasakan menggunakan indra kita benar-benar ada sebagaima na yang kita persepsikan? Atau barangkali itu semua hanya gambaran yang dihasilkan pikiran kita saja? Dan sampai saat ini, hal tersebut masih merupakan sebuah perdebatan.

Filsafat dan Keseharian.

Filsafat tidak bersifat praktis, namun dapat menjadi landasan bagi aktivitas praktis kita sehari-hari. Adanya semangat humanisme yang terlembagakan dalam

undang-undang terhadap kesetaraan dan hak-hak asasi manusia juga turut dipengaruhi perkembang an pemikiran filsafat humanisme yang menginspirasi bidang-bidang lainnya termasuk dalam bidang hukum Tindakan radikal mahasiswa dalam mengkritisi kebijakan pemerintah tidak jarang berlatar belakang pemikiran dari filsafat kiri dengan tokoh-tokohnya seperti Marx, Engels, dan seterusnya.

Oleh karena itu, saya menegaskan kembali bahwa setiap orang dapat berfilsafat tanpa harus memiliki atribut kesarjanaan. Syaratnya, cukup menyediakan waktu dan kemauan mempertanyakan segala sesuatu sehingga semuanya menjadi jelas. Pertanyaan yang bersifat filsafat dapat muncul dan berkembang dari persoalan-persoalan yang bersifat praktis, misalnya: (PP): Mengapa manusia perlu makan?

Jwb: Karena manusia akan mati jika tidak makan.

(PF): Mengapa manusia menghindari kematian dan mempertahankan kehidupan, kiranya apa tujuan dari kehidupan manusia?

Dan banyak lagi bantuk pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filsafat yang ketika memikirkannya kita serta-merta telah berfilsafat seperti misalnya mengapa Tuhan harus ada? Apa itu ada? Mengapa alam itu ada? Dan seterusnya.

Tanggapan terhadap Berbagai Stereotipe

Filsafat tidak selalu membuat orang menjadi ateis. Gloof merupakan orang-orang














Komentar

Postingan Populer